Persona: Jangan Mengira-ngira Kebutuhan User!
Kecuali murni untuk belajar, perangkat lunak tentu dikembangkan untuk digunakan oleh pengguna. Namun, terkadang pengembang hanya membuat produk yang sesuai dengan dirinya atau sekadar mengira-ngira sehingga sering kali produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna. Oleh karena itu persona dalam pengembangan perangkat lunak diperlukan.
Persona adalah sebuah representasi pengguna dalam bentuk individu imajiner yang memuat rangkuman singkat mengenai karakteristik, pengalaman, tujuan, tasks, pain points, dan kondisi lingkungan pengguna yang sebenarnya.[1] Persona menggambarkan suatu kelompok pengguna yang spesifik. Penggambaran ini dibuat berdasarkan analisis dan kategorisasi data pengguna.
Persona dikembangkan oleh Alan Cooper pada tahun 1980an. Dengan persona, pengembangan produk menjadikan pengguna sebagai fokus utama.
Tujuan Persona
Persona dibuat sebagai referensi segmen pengguna. Persona memudahkan pengembang untuk membuat produk yang tepat dan sesuai kebutuhan pengguna.
Persona dapat dimanfaatkan oleh berbagai peran pada pengembangan perangkat lunak. Misalnya:
- Project Leader : Mengevaluasi ide fitur baru pada sebuah desain web
- Information Architect : Acuan dalam mendesain wireframe, interface behavior, dan labeling UI
- Designer : Acuan dalam mendesain ‘look and feel’ tampilan
- System Engineer : Menentukan pendekatan yang tepat sesuai user behavior
- Copy Writer : Menulis konten yang tepat untuk orang yang tepat
Persona juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi isu dalam desain interaksi, yaitu:
- Elastic User : Ketidakjelasan requirement produk karena kurangnya pengetahuan mengenai kebutuhan pengguna.
- Self-Referential Design : Menggunakan cara pandang sendiri alih-alih pengguna sebenarnya dalam mendesain produk.
- Edge Cases : Fitur yang dikembangkan tidak pernah dipakai pengguna.
Elemen Dasar Persona
Tidak ada aturan tetap dalam membuat persona. Namun, ada beberapa elemen yang perlu ada pada persona antara lain:
- Technology Comfort Level : Tingkat kenyamanan dan kemahiran dalam menggunakan teknologi informasi
- Motivasi : Alasan pengguna ingin mencapai tujuannya
- Attitudes : Sikap pengguna yang relevan dan menjelaskan perilaku
Langkah-Langkah Membuat Persona
- Mengumpulkan data : Pengumpulan data atau riset dapat dilakukan dengan Contextual Interview, Individual Interview, Survey, Focus Group, atau Usability Testing.
- Membuat hipotesis: Membentuk hipotesis bagaimana perilaku pengguna.
- Deskripsikan persona: Jika hipotesis disetujui oleh anggota tim, buat persona yang merepresentasikan kelompok yang spesifik tersebut.
- Menyiapkan skenario : Membuat situasi dan solusi untuk persona
- Menyebarkan persona : Sebarkan persona kepada anggota tim lain yang tidak terlibat dalam pembuatannya. Hal ini bertujuan agar anggota tim lain dapat menyesuaikan pengambilan keputusan berdasarkan persona yang telat dibuat.
Persona pada PPL
Pada PPL, kelompok kami — DUARPPL — membuat Account Officer Productivity Monitoring System untuk AgenKAN, sebuah perusahan fintech. Persona dibuat oleh Product Owner bersama dengan klien kami.
Pengguna utama produk kami adalah Account Officer, orang yang bertugas untuk mengakuisisi usaha kecil menengah untuk menjadi mitra/agen dari AgenKAN.
Persona kami bernama Budi. Budi adalah seorang account officer yang tidak terlalu pandai dalam menggunakan teknologi. Ia menerima pekerjaan dari AgenKAN untuk mengakuisisi dan memantau agen asuhannya. Namun, mekanisme pekerjaannya terasa rumit karena ia menerima pekerjaan menggunakan whatsapp dan menyetorkan pekerjaannya menggunakan kertas yang banyak. Ia juga kesulitan dalam mengetahui lokasi agen dan melihat hasil pekerjaannya secara terorganisir. Ia berharap ada solusi yang dapat memudahkan pekerjaannya.
Persona ini dapat membantu kami untuk membuat keputusan dalam desain aplikasi. Salah satu contohnya adalah dalam membuat halaman beranda aplikasi. Tujuan utama Budi membuka aplikasi ini adalah untuk memudahkan pekerjaannya sehingga kami menampilkan empat menu pada beranda yang merupakan pekerjaan Budi sebagai account officer. Dengan demikian, akses terhadap fitur utama menjadi lebih mudah.
Karena Budi merupakan orang yang tidak terlalu tech-savy maka desain aplikasi pun menyesuaikan. Kami menggunakan font size yang lebih besar dan menu utama yang besar sehingga mudah untuk ditekan. Selain itu, kami membuat drop shadow pada tombol menu utama sebagai tanda bahwa tombol ini bisa ditekan. Trik ini merupakan solusi untuk orang yang jarang menggunakan aplikasi karena bentuknya menyerupai tombol fisik.
Selain itu kami juga menampilkan tulisan “Lihat Detail” yang digarisbawahi pada Monitoring Agen sehingga pengguna mengetahui bahwa kotak tersebut dapat ditekan untuk melihat detail tugas.
Sumber: